4 Wa iyyaka, Wa iyyaki, Wa iyyakum. Ucapan sama-sama dalam bahasa arab juga bisa dengan mengucapkan wa iyyaka (وَإِيَّاكَ), wa iyyaki (وَإِيَّاكِ), wa iyyakum (وَإِيَّاكُمْ). Secara bahasa arti dari ucapan-ucapan tersebut adalah "dan semoga untukmu". Ucapan ini bisa digunakan ketika menjawab doa jazakallahu khairan. Karenaucapan ini termasuk ucapan baik sekaligus pujian dan doa. Nah, berikut ini beberapa keutamaan arti Jazakumullah Khairan Katsiran. - Semakin mensyukuri nikmat kebaikan yang telah diberikan Allah SWT melalui perantara hambanya. - Menjaga hubungan baik dengan orang lain. - Ungkapan terima kasih yang dicontohkan Rasulullah SAW. Tuhanitu Baik dan semoga menempatkannya di tempat terbaik. Turut berduka cita atas kepergiannya. Ketahuilah bahwa orang yang engkau kasihi adalah orang yang baik, Ia adalah hamba Tuhan yang selalu mendengarkan dan turut perintah Tuhan maka yakinlah di Mazmur 116:15 ‘Berharga di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya’. 5. Olehsebab itu, jawaban bagi banyak doa kita adalah "tunggu sebentar". Jika kita tak dapat menerima hal ini dan tetap memaksa mendahului Allah, kita mungkin akan menemui kesukaran. Nats : Tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur Bacaan : Filipi 4:1-7. Saat menghadapi cobaan Selainkesembuhan, ada beberapa hal yang bisa kamu dapatkan dari penyakit yang kamu alami itu. Salah satunya adalah pelajaran yang bisa dipetik dari musibahmu itu. Dan tentunya kamu tak akan mengulanginya lagi agar tak lagi terulang. 5. Semoga Dalam Doa yang Sama. Saya mengucapkan terima kasih atas ucapan dan doa kesembuhan yang telah diberikan. oiLv9w. Kehidupan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh perbuatan fisik semata, tetapi juga oleh ucapan. Ucapan yang baik dan benar dapat membawa dampak yang sangat positif bagi diri sendiri dan orang lain. Dalam Islam, pentingnya ucapan diakui sebagai doa yang dapat memperindah hidup dan memperoleh keberkahan. Oleh karena itu, memahami hadits tentang ucapan adalah doa menjadi sangat penting bagi umat Islam. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap tentang hadits yang berkaitan dengan ucapan sebagai doa, pentingnya ucapan dalam kehidupan sehari-hari, dan bagaimana kita dapat mengambil manfaat dari hadits tersebut untuk memperindah hidup kita. Hadits tentang ucapan sebagai doa menjadi penting bagi umat Islam karena menunjukkan betapa besar pengaruh ucapan terhadap kehidupan. Berikut beberapa hadits tentang ucapan sebagai doa yang perlu dipahami. Hadits Terjemahan “Ucapan yang paling dicintai Allah adalah ucapan yang paling ringan, yaitu Subhanallah wa bihamdihi, Subhanallahil Azim” “Kata-kata paling mudah disukai Allah adalah Subhanallah wa bihamdihi, Subhanallahil Azim” “Setiap amal bergantung pada niat, dan setiap orang akan memperoleh apa yang ia niatkan” “Setiap perbuatan didasari oleh niat, dan setiap orang akan memperoleh sesuai dengan niatnya” “Tidak ada kebaikan dalam kebanyakan bicara yang tidak bermanfaat” “Tidak ada kebaikan dalam banyak bicara yang tidak berguna” Hadits-hadits di atas menekankan pentingnya ucapan yang benar, ringan, dan bermanfaat. Ucapan yang benar adalah ucapan yang sesuai dengan syariat Islam, sedangkan ucapan yang ringan adalah ucapan yang tidak memberatkan dan mudah diucapkan. Ucapan yang bermanfaat adalah ucapan yang membawa manfaat bagi orang lain dan diri sendiri. Dalam Islam, ucapan yang baik dan benar juga dianggap sebagai doa yang dapat membawa keberkahan dalam hidup. Pentingnya Ucapan Dalam Kehidupan Sehari-hari Ucapan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan sehari-hari. Ucapan yang baik dan benar dapat membawa manfaat dan keberkahan dalam hidup, sedangkan ucapan yang buruk dan salah dapat menimbulkan kerugian dan kesulitan. Berikut beberapa alasan mengapa ucapan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Menjaga Hubungan Baik dengan Orang Lain Ucapan yang baik dan benar dapat membantu menjaga hubungan baik dengan orang lain. Dengan berbicara dengan sopan dan baik, kita dapat membangun hubungan yang harmonis dan saling menghormati. Di sisi lain, ucapan yang kasar dan tidak sopan dapat merusak hubungan dan memicu konflik. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu berbicara dengan sopan dan santun dalam berinteraksi dengan orang lain. Meningkatkan Kualitas Komunikasi Ucapan yang baik dan benar juga dapat meningkatkan kualitas komunikasi. Dengan berbicara dengan jelas dan lugas, kita dapat menyampaikan pesan dengan lebih efektif dan terhindar dari kesalahpahaman. Selain itu, ucapan yang baik dan benar juga dapat membantu kita memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap orang lain. Memperlihatkan Pribadi yang Baik Ucapan yang baik dan benar dapat memperlihatkan pribadi yang baik. Dengan berbicara dengan sopan dan santun, kita dapat memperlihatkan bahwa kita adalah orang yang menghargai diri sendiri dan orang lain. Ucapan yang baik dan benar juga dapat memperlihatkan bahwa kita adalah orang yang memiliki nilai moral dan etika yang tinggi. Hal ini dapat membantu kita dalam membangun citra yang baik di mata orang lain. Mendatangkan Keberkahan dalam Hidup Ucapan yang baik dan benar juga dapat mendatangkan keberkahan dalam hidup. Dalam Islam, ucapan yang baik dan benar dianggap sebagai doa yang dapat membawa keberkahan dalam hidup. Oleh karena itu, dengan berbicara dengan sopan dan benar, kita dapat memperoleh keberkahan dalam hidup. Bagaimana Mengambil Manfaat dari Hadits Tentang Ucapan Sebagai Doa Untuk memperoleh manfaat dari hadits tentang ucapan sebagai doa, kita dapat melakukan beberapa langkah berikut. Menghindari Ucapan yang Buruk dan Salah Langkah pertama yang dapat kita lakukan adalah menghindari ucapan yang buruk dan salah. Ucapan yang buruk dan salah dapat menimbulkan kerugian dan kesulitan. Oleh karena itu, kita perlu selalu berhati-hati dalam berbicara dan menghindari ucapan yang buruk dan salah. Meningkatkan Kualitas Ucapan Langkah kedua yang dapat kita lakukan adalah meningkatkan kualitas ucapan. Kita dapat meningkatkan kualitas ucapan dengan memperbanyak membaca Al-Quran dan hadits, serta mengikuti kajian-kajian agama yang memperdalam pemahaman tentang Islam. Dengan meningkatkan kualitas ucapan, kita dapat memperoleh keberkahan dalam hidup dan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Berdoa Langkah ketiga yang dapat kita lakukan adalah berdoa. Berdoa adalah bentuk ucapan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Dalam berdoa, kita dapat meminta petunjuk dan keberkahan dari Allah SWT dalam setiap langkah hidup. Dengan berdoa, kita dapat memperoleh kekuatan dan ketentraman dalam menghadapi segala situasi hidup. Mengamalkan Ucapan Sunnah Langkah keempat yang dapat kita lakukan adalah mengamalkan ucapan sunnah. Ucapan sunnah adalah ucapan yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW dan telah dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh ucapan sunnah antara lain adalah mengucapkan salam ketika bertemu dengan orang lain, mengucapkan Alhamdulillah ketika mendapat nikmat, dan mengucapkan Bismillah sebelum melakukan suatu aktivitas. Dengan mengamalkan ucapan sunnah, kita dapat memperoleh keberkahan dalam hidup dan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Kesimpulan Dalam Islam, pentingnya ucapan diakui sebagai doa yang dapat memperindah hidup dan memperoleh keberkahan. Oleh karena itu, memahami hadits tentang ucapan adalah doa menjadi sangat penting bagi umat Islam. Dalam artikel ini, kita telah membahas tentang hadits yang berkaitan dengan ucapan sebagai doa, pentingnya ucapan dalam kehidupan sehari-hari, dan bagaimana kita dapat mengambil manfaat dari hadits tersebut untuk memperindah hidup kita. Dengan menghindari ucapan yang buruk dan salah, meningkatkan kualitas ucapan, berdoa, dan mengamalkan ucapan sunnah, kita dapat memperoleh keberkahan dalam hidup dan menjaga hubungan baik dengan orang video ofUcapan Adalah Doa Memahami Hadits Tentang Pentingnya Ucapan Dalam Islam loading... MENJAGA lisan dari perkataan buruk merupakan keharusan. Mulutmu adalah harimaumu. ''Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah ia mengucapkan perkataan yang benar atau lebih baik diam.'' HR Bukhari dan Muslim.Imam Nawawi menjabarkan bahwa hadis di atas adalah hadis sahih , yang menjelaskan bahwa kita tidak pantas berbicara kecuali berbicara yang baik dan jelas-jelas mengandung maslahat. Bila diragukan kemaslahatannya, maka diam adalah langkah yang utama untuk dilakukan. Baca Juga Rasulullah SAW bersabda,إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ“Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan yang menyebabkan dia tergelincir ke dalam neraka yang jaraknyaa lebih jauh antara timur dan barat.” HR. Bukhari Muslim.Allah berfirmanمَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ“Tiada satu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” QS Qaf 18وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا“Dan jangalah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,penglihatan dan hatim semuanya itu akan diminta pertanggungjawabnya.” QS Al-Isra 36Ucapan Jadi DoaUcapan buruk bisa adalah doa, sehingga bisa menjadi kenyataan. Sebuah kisah yang diceritakan oleh Ibnu Abbas أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَى أَعْرَابِيٍّ يَعُودُهُ، قَالَ وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ عَلَى مَرِيضٍ يَعُودُهُ قَالَ لاَ بَأْسَ، طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ» فَقَالَ لَهُ لاَ بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ» قَالَ قُلْتُ طَهُورٌ؟ كَلَّا، بَلْ هِيَ حُمَّى تَفُورُ، أَوْ تَثُورُ، عَلَى شَيْخٍ كَبِيرٍ، تُزِيرُهُ القُبُورَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَعَمْ إِذًا “Nabi Muhammad mendatangi seorang Badui yang sedang sakit. Setiap mengunjungi orang sakit, Nabi bersabda Tidak apa-apa, menjadi penghapus dosa. insyaallah.’ Begitu juga perkataan Nabi tersebut, beliau sampaikan kepada orang Badui yang sedang sakit. Reaksi Badui ketika mendapatkan doa, malah berkata Penghapus dosa? Sekali-kali tidak tidak mungkin, sakit panas saya yang bergejolak ini memang menimpa orang tua yang sudah lanjut usia yang mengantarkannya ke alam kubur.’ Maka Nabi Muhammad SAW bersabda “Iya sudah kalau begitu” HR Al-Bukhari 3616. Setelah orang Badui mengatakan bahwa panas yang ia derita adalah panas yang menghantarkannya kepada kematian, menurut At-Thabarani, besok paginya si Badui meninggal dunia. Baca Juga Cerita lain tentang ucapan yang menjadi kenyataan adalah kisah Nabi Yusuf saat digoda oleh seorang wanita dan wanita-wanita lain, Nabi Yusuf sampai berdoa رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk memenuhi keinginan mereka dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh" QS Yusuf 33.Doa pilihan Nabi Yusuf yang lebih memilih penjara daripada terjerumus bersama para wanita, akhirnya diijabahi oleh Allah subhanahu wa ta’ala yang akhirnya memang Nabi Yusuf dipenjara namun ia juga bebas dari tipu daya wanita Seseorang dikatakan beriman kepada Allah dan resmi masuk Islam apabila lisannya telah mengikrarkan diri dengan kalimat, أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah Setelah berikrar, hatinya membenarkan, meyakini, dan mempercayai sepenuhnya bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Zat yang wajib diibadahi dan Rasulullah adalah utusanNya. Lantas orang itu harus membuktikan keimanannya melalui tindakan. Setiap tindakan, pikiran, dan ucapan harus sesuai dengan tuntutan Allah dan sunah Nabi. Apa dan bagaimana seorang Muslim bersikap sudah dijelaskan dalam Al-Qur’andan Al-Hadits. Semua tindakan dan ucapan akan selalu Allah beri ganjarannya. Jika ia melakukan dan atau mengucapkan hal-hal yang berbau kebaikan, maka Allah akan mengganjarnya dengan limpahan pahala, rahmat dan ridhoNya, serta kebaikan kepada pengamalnya. Begitu pun sebaliknya, jika ia lebih memilih untuk melakukan dan mengucapkan hal-hal buruk, maka doa, murka, dan keburukan yang akan kembali kepada pelakunya. Berbicara mengenai ucapan, sejatinya ucapan adalah doa bagi orang yang mengatakannya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah menjelaskan, Dari Abi Hurairah, bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba yang berbicara dengan kata-kata yang diridhai Allah ’Azza wa Jalla tanpa berpikir panjang, Allah akan mengangkatnya beberapa derajat dengan kata-katanya itu. Dan seorang hamba yang berbicara dengan kata-kata yang dimurkai Allah tanpa berpikir panjang, Allah akan menjerumuskannya ke neraka Jahanam dengan kata-katanya itu”. HR Bukhari, Ahmad, dan Malik. Pepatah mengatakan bahwa lidah tak bertulang. Maknanya, seseorang bisa terjerumus dalam sebuah bahaya hanya karena ia tak mampu mengendalikan ucapannya. Lidah atau lisan tak ubah laiknya pedang dan pikiran serta hati adalah orang yang mengendalikan pedang tersebut. Jika si pengendali pedang itu mahir menggunakan pedang, maka pedang itu akan menjadi tameng bagi dirinya. Sebaliknya, jika ia payah dan tak berkompeten untuk menggunakan pedang, maka pedang itu akan menjadi bumerang, menyerang balik hingga melukaii dirinya sendiri dan sekitarnya dengan membabi-buta. Tak ada yang tersisa, kecuali kehancuran dan keburukan. Begitupun dengan ucapan. Jika seseorang tak pandai dan tak bijak dalam berucap, kata-kata yang keluar dari mulut hanyalah keburukan yang membahayakan dirinya sendiri juga akan melukai orang di sekitarnya. Nah, orang yang beriman kepada Allah dituntut untuk mampu menjauhi sikap dan sifat seperti itu. Semua ucapan orang beriman harus mampu menjadi penenang, penyejuk, dan menginspirasi orang yang mendengarnya. Setiap dari kita haruslah menyadari dan memahami bahwa ucapan yang keluar dari lisan kita, baik disengaja maupun tidak sengaja, adalah doa yang akan berbalik kepada si pengucap. Ucapan akan terlontar dari kebiasaan dan pola pikir yang selama ini terbentuk. Maka, tak berlebihan, selain ucapan merupakan sebuah bentuk doa, ia juga adalah cerminan dari apa yang ada di dalam pikiran dan hati. Semakin buruk sebuah ucapan terlontar dari seseorang, maka dapat dipastikan pikiran dan hari orang tersebut sama buruknya dengan ucapan tersebut. Sebaliknya semakin baik ucapannya, maka dapat dilihat bahwa orang tersebut memiliki kepribadian yang beradab. Dalam sebuah hadits, Rasulullah mengatakan dan mengajarkan umatnya untuk terus menjaga lisannya dengan hanya mengatakan hal-hal baik atau lebih baik diam sebagai cara untuk membuktikan bahwa mereka beriman kepada Allah. Perintah Rasulullah ini tentu memiliki alasan. Ada beberapa perkara yang Allah sembunyikan waktunya, yaitu maut, lailatul qodar, dan waktu diijabahnya doa dalam sehari semalam. Oleh karena ucapan adalah doa, maka kita wajib memperhatikan memikirkan terlebih dahulu apa yang hendak kita ucapkan. Jangan sampai, salah satu dari ketiga perkara yang Allah sembunyikan waktunya terjadi pada diri kita di saat kita sedang mengucapkan hal-hal buruk. Nauzubillah min dzalik. Memperhatikan dan memikirkan apa yang akan kita ucapkan berarti mampu menahan diri dari keinginan untuk segera mengomentari sesuatu yang berkenaan tentang perkara yang sedang terjadi. Mereka yang mampu menahan diri untuk tidak banyak berbicara berarti sudah memahami betapa pentingnya menjaga lisan. Kemampuan menahan diri untuk tidak berbicara sembarangan perlu dilatih dan pemahaman dasar yang mencukupi tentang bahaya lisan. Menahan diri untuk tidak terlalu banyak berbicara juga erat kaitannya dengan kemampuan mengontrol emosi. Tak jarang, ketika seseorang sedang terguncang, marah, atau sedih, sebagai bentuk melampiaskan amarahnya ia menyumpahserapahi orang di sekitarnya. Ia kesulitan dan terbiasa mengumbar emosinya dengan dalih agar semuanya energi negatifnya tersalurkan. Padahal apa yang dilakukannya justru akan berbalik menyerang dirinya kelak di kemudian hari. Hal inilah yang ditakutkan kalau sampai sumpah serapah itu Allah kabulkan dan Allah timpakan kepada orang tersebut. Setiap ucapan yang terlontar dari mulut seseorang akan memengaruhi gerak gerik orang tersebut. Misalnya saja, ketika seseorang terbiasa berbicara dengan pilihan kata yang baik, suara yang lemah lembut dan penuh kesantunan, otomatis perilaku sehari-harinya juga akan mengikuti gaya bicaranya tersebut. Pola pikir dan perasaannya pun juga seiya sekata. Orang tersebut dapat dipastikan mampu berpikir dengan jernih dan juga selalu berbaik sangka terhadap apapun dan siapapun. Demikian pula dengan orang yang selalu bersemangat dan optimis. Ada yang ia ucapkan pasti tidak jauh dari diksi-diksi berbau motivasi, seperti, “saya pasti bisa” atau “saya yakin mampu” dan lain sebagainya. Perilakunya pun kenenjukkan demikian. Ia hanya melakukan hal-hal baik dengan penuh semangat dan tak heran apabila ia sukses meraih apa yang dia inginkan. Tak mengherankan semua itu terjadi. Akar dari semua itu adalah cara kerja otak dan pola pikirnya. Otak akan mensugesti tubuh sesuai dengan apa yang dipikirkan. Ketika seseorang mensugesti bahwa ia akan sukses, maka gerak tubuhnya akan melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa membuatnya berhasil, misalnya belajar, giat bekerja, rajin beribadah, dan lain sebagainya. Juga, otak akan memerintahkan lisan untuk mengatakan hal-hal yang dapat menambah semangatnya serta membagikan motivasi kepada orang lain. Sebaliknya, jika seseorang telah mensugesti bahwa dirinya tidak akan berhasil, katakanlah dalam sebuah ujian tes, maka, otaknya akan merespon dengan seolah menyuruh tubuhnya untuk berhenti berusaha karena merasa akan percuma saja melakukan usaha-usaha bila ia sudah menyangka akan gagal. Lalu lisannya akan merespon dengan cepat. Sebagai bentuk kekesalannya, lisannya mengatakan hal-hal buruk bernada pesimis, seperti “Ah saya tidak mungkin bisa” atau “Orang lain lebih pintar daripada saya” dan lainnya. Tindakan seperti ini, selain berakibat buruk karena dapat memengaruhi kinerja seseorang, memiliki sugesti buruk seperti itu akan mengundang amarah Allah karena ia telah dengan berani mendahului takdir Allah. Ia telah lebih dahulu menyangka bahwa ia tak akan berhasil pada suatu urusan bahkan sebelum ia berusaha terlebih dahulu. Ia menyerah pada keadaan dan tak meyakini bahwa doa bisa mengubah segalanya. Alih-alih berdoa agar Allah memudahkan semua urusannya, justru ia berburuk sangka bahwa ia akan gagal. Allah berfirman tentang larangan seorang hamba untuk mendahului keputusan Allah dalam sebuah ayat yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” QS. Al Hujurat1 Akhir ayat tersebut mengatakan bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Daripada kita terus berburuk sangka sambil mengatakan hal-hal buruk yang hanya berupa dugaan semata, mengapa kita tidak meminta kepada Allah dan mengatakan hal-hal yang baik? Pahamilah bahwa Allah selalu tergantung pada prasangka hambanya. Jika kita senantiasa berprasangka baik, mengatakan hal-hal baik, dan juga Istiqomah beramal sholeh, maka Allah akan memberikan kebaikan pula bagi pengamalnya. Sebaliknya, jika kita terus berburuk sangka, lisan hanya hanya mengeluarkan sumpah serapah, caci maki, dan fitnah keji, maka Allah juga akan memberikan apa yang menjadi persangkaannya tersebut dan juga mengembalikan sumpah serapah, caci maki, dan fitnah kepadanya. Nauzubillah min Dessy Husnul Q Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kita sering mendengar istilah 'ucapan adalah doa' dalam keseharian. Ibu, ayah, guru atau bahkan trainer kita kerap mengatakan bahwa ucapanmu adalah doa, maka jangan bermain-main dengan ucapan. Awalnya saya hanya melihat itu hanya agar seseorang tidak mengucapkan ucapan-capan yang tak bermanfaat. Namun, kini saya percaya bahwa kalimat 'ucapan adalah doa' merupakan pada 2013 silam. Saat saya masih duduk di bangku kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan SMK. Hingga kini, paradigma masyarakat meyakini bahwa lulusan SMK lebih berpeluang masuk ke dunia kerja dibandingkan lulusan SMA. Sebab, di SMK lebih diajarkan spesifikasi keahlian. Hal itu pula yang mendasari kisah ini. Karena rata-rata lulusan SMK melanjutkan kariernya dengan bekerja, maka saya pun banyak menerima sebuah pertanyaan 'habis sekolah mau ke mana?'. Pada saat itu, saya sebagai siswa yang bahkan belum menjalani ujian nasional, menjawab pertanyaan itu dengan enteng, 'kerja dulu setahun, habis itu kuliah'. Namun, seiring berjalannya waktu, semakin banyak orang yang bertanya demikian. Mulai dari teman, saudara, keluarga, guru, orang tua teman hingga orang tua saya sendiri. Tapi sekali lagi, saya jawab setiap pertanyaan itu dengan jawaban yang sama, 'kerja dulu setahun, habis itu kuliah'.Secara tidak sadar, saya terus mengulangi kalimat itu setiap kali ditanya seseorang. Jika dihitung, mungkin sudah ratusan kali. Bahkan saya pun tak sanggup mengingatnya. Padahal, kalimat itu hanya pikiran saya semata yang melintas dalam otak ketika ditanya pertanyaan tersebut. Saya pun tak memiliki alasan yang pasti mengapa saya harus menjawab demikian. Tapi, entah mengapa saya seperti memiliki keyakinan yang kuat dengan apa yang saya katakan memang ingin kuliah, tapi dalam benak saya berpikir bahwa, saya dilahirkan dari keluarga yang sederhana. Bahkan dalam silsilah keluarga pun, belum ada yang mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Oleh sebab itu, saya beranggapan bahwa saya hanya akan menjadi beban bagi orang tua jika saya melanjutkan pendidikan menggunakan biaya dari orang saya harus memiliki uang sendiri. Setidaknya uang untuk mendaftar kuliah. Maka jawaban 'bekerja dulu' merupakan jawaban yang paling logis untuk saya utarakan demi menjawab kekhawatiran saya itu. Sedangkan, ketika sudah masuk masa kuliah, saya berpikir bisa melakukannya sembari bekerja. Gaji dari bekerja paruh waktu itulah yang kelak akan saya gunakan untuk membiayai kuliah. Jadi, tak harus membebani orang tua. Begitu pikir saya!Waktu pun berjalan, saya-alhamdulillah-lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Tidak banyak yang saya rencanakan setelah itu, hingga dua pekan setelah kelulusan, saya mendapatka informasi bahwa ada rekrutmen tenaga kerja di jakarta, dan SMK saya diundang untuk mengikuti acara pun tak pikir panjang. Bersama 42 siswa lainnya, saya berangkat ke Ibu Kota. Proses seleksi pun dilakukan. Hingga akhirnya kami menyelesaikan seluruh seleksi dengan baik dan tiba waktunya untuk pulang. Kabarnya, kami akan dihubungi jika dinyatakan diterima. 1 2 Lihat Worklife Selengkapnya

ucapan itu adalah doa